TEORI
PERMINTAAN ISLAMI
Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi
Mikro Islam
Dosen Pengampu : Dr.
Anita Rahmawaty, M.Ag
Disusun Oleh :
1. Fahrus
Setyawan 210 203
2. Ahmad
Khoirul Badar 210 205
3. Hera
Rindah A 210 206
4. Rina
Jumiatun 210 207
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN/PRODI
SYARI’AH/EI
2012
TEORI
PERMINTAAN ISLAMI
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam ekonomi islam, setiap
keputusan ekonomi seseorang tidak terlepas dari nilai-nilai moral dan agama
karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syari’at. Al-Qur’an
menyebut ekonomi dengan istilah istishad
(penghemat, ekonomi) yang secara literal berarti ‘pertengahan’ atau ‘moderat’.
Seorang muslim diminta untuk mengambil sikap moderat dalam memperoleh dan
menggunakan sumber daya. Juga tidak boleh isyraf
(royal, berlebih-lebihan), tetapi juga dilarang pelit (bakhl). Pandangan ekonomi islam mengenai
permintaan islam relatif sama dengan ekonomi konvensional, namun terdapat
batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi yang sesuai dengan
aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral “islami” yang merupakan
prinsip islam dalam ber-ekonomi, merupakan faktor yang menentukan suatu
individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya sehingga teori
ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi konvensional.
Teori permintaan Islami membahas
permintaan barang halal, barang haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan
dalam permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi
atau digunakan. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan
konsumen terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih
didominasi oleh nilai-nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa
egoisme merupakan nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas
manusia Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau
kemenangan akhirat (falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan
yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada
harus disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian permintaan konvensional dan teori
permintaan menurut pandangan ekonomi islam, dan juga apa faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan?
2. Bagaimanakah
kurva permintaan, kurva permintaan barang halal, kurva permintaan barang halal
dalam pilihan halal haram?
3.
Bagaimanakah
perbedaan teori
permintaan konvensional dengan permintaan islami?
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Menurut Pandangan Ekonomi Islam
1.
Pengertian Permintaan Konvensional
Pengertian permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang
dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor
yang mempengaruhi terhadap permintaan secara umum antara lain:[1]
a. Harga
barang itu sendiri
Jika harga suatu
barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu bertambah. Begitu juga
sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum Permintaan yang menyatakan “Bila
harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut akan berkurang, dan
sebaliknya”
b. Harga
barang lain
Permintaan akan
dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu merupakan
barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
substitusi naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat.
Sebaliknya, apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap
barang itu sendiri akan turun.
c. Tingkat
pendapatan
Tingkat
pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi tingkat
pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaan terhadap suatu barang.
d. Selera,
kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan,
mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang. Jika selera
masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu pun
akan meningkat.
e. Jumlah
Penduduk
Jumlah penduduk
mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk dengan permintaan
suatu barang adalah positif, apabila jumlah
penduduk meningkat, maka konsumen terhadap barangpun meningkat.
f. Perkiraan
harga dimasa datang
Apabila kita
memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik membeli
barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa
mendatang adalah positif.
2.
Permintaan Menurut Ekonomi Islam
Menurut Ibnu
Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang
digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai.[2]
Diartikan juga sebagai jumlah barang yang diminta. Secara garis besar,
permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional, namun ada
prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu muslim dalam
keinginannya.
Islam
mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan
islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam
keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan
berpengaruh terhadap nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim
dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya.
Selain itu, dalam
ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta diperbolehkan
untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun
yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam
membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang
muslim tidak berlebihan (israf), dan harus
mengutamakan kebaikan (maslahah).
Islam
tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan kemegahan,
kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi yang sudah mencapai
nisab, untuk menyisihkan dari anggarannya untuk membayar zakat, infak dan
shadaqah.[3]
Faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan menurut Misanam, dkk (2008 : 312-314), yaitu: [4]
a. Harga
barang yang bersangkutan
Harga barang
yang bersangkutan merupakan determinan penting dalam permintaan. Pada umumnya,
hubungan antara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah negatif. Semakin
tinggi tingkat harga, maka semakin rendah
b. Harga
barang lain yang terkait
Harga barang lain
yang terkait menentukan permintaan suatu barang. Yang dimaksud harga barang
lain yang terkait adalah substitusu dan komplementer dari barang tersebut. Jika
harga barang substitusinya menurun, maka permintaan terhadap barang tersebut
juga turun, sebab konsumen mengalihkan permintaannya pada barang substitusi,
dan sebaliknya. Sementara itu, jika harga barang komplementer naik, maka
permintaan terhadap barang tersebut turun. Sebaliknya jika harga barang
komplememter turun, maka permintaan terhadap barang tersebut naik.
c. Pendapatan
konsumen
Perubahan
pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan permintaan berbagai jenis
barang. Semakin tinggi pendapatan konsumen, maka semakin tinggi daya belinya
sehngga permintaan tehadap barang akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah
pendapatan, maka semakin rendah pula daya belinya dan permintaan terhadap
barang pun rendah.
d. Ekspektasi
(Pengharapan)
Ekspektasi bisa
berupa ekspektasi positif maupun negatif. Dalam kasus ekspektasi positif,
konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, sememtara ekspektasi
negatif akan menimbulkan akibat yang sebaliknya.
e.
Maslahah
Maslahah
merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi maslahah
meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan
tidak bisa dijelaskan secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor
lainnya, sebab ia akan tergantung pada tingkat keimanan. Jika mereka melihat
barang dengan kandungan berkah yang tinggi, cateris paribus, maka mereka akan
meninggalkan barang dengan kandungan berkah yang rendah dan menggantinya dengan
barang dengan kandungan berkahnya lebih tinggi. Dengan demikian, jika maslahah
relatif turun, cateris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan turun
juga, begitu juga sebaliknya.
B.
Kurva
Permintaan
1.
Penurunan Kurva Permintaan
Menurut Misanam, dkk (2008: 173), kurva permintaan
menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah yang diminta. Dengan kata lain,
perubahan jumlah barang yang diminta disebabkan oleh perubahan harga. Sementara
itu, hukum permintaan diturunkan dari perilaku konsumen yang berorientasi untuk
mencapai tingkat maslahah maksimum, yang berbunyi sebagai berikut: “Jika
harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka jumlah barang yang
diminta turun; demikian juga sebaliknya.”
Pengertian ceteris paribus adalah dengan
menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah atau konstan, baik dalam arti
tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan, preferensi, dan
sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka hukum
permintaan di atas tidak berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di
atas juga akan menjadi lebih jelas, jika digambarkan dalam kurva permintaan
sebagai berikut:
Kurva di
atas menunjukkan bahwa jika harga barang A adalah sebesar 10, maka jumlah
barang A yang diminta adalah 9 unit, sementara ketika harga barang A naik
menjadi 18, maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen turun menjadi 8.[5]
2.
Kurva Permintaan Barang Halal
Kurva
permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva indifference curve
dengan garis anggaran. Katakanlah seorang konsumen memiliki pendaptan I = 1
juta per bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y,
yang keduanya adalah barang halal. Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan
harga barang Y Py = Rp.200 ribu. Titik
A, A’, A” menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X dan titik B
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.
Dengan data ini, dapat dibuat garis
anggaran dengan menarik garis lurus antara dua titik.
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
10
|
0
|
3
|
B
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
0
|
5
|
3
|
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu,
maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan
sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan dengan sumbu X berubah.
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A’
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
20
|
0
|
4
|
B
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
0
|
5
|
4
|
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000
maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan
sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan sumbu X berubah.
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A”
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
40
|
0
|
5
|
B
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
0
|
5
|
5
|
Dengan simulasi harga barang X, akan
didapatkan kurva yang menggambarkan antara harga dengan jumlah barang X yang
diminta.
Harga X
|
Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah optimal X)
|
100.000
|
3
|
50.000
|
4
|
25.000
|
5
|
Semakin
tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian
didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal,
sebagaimana lazimnya kurva permintaan yang dipelajari dalam ekonomi
konvensional.[6]
Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X dan Y
adalah halal
3.
Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram
Dalam
hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal
dengan barang haram, maka solusi optimalnya adalah corner solution. Katakanlah
seorang konsumen mempunyai pendapatan I = Rp 1 juta per bulan dan menghadapi
pilihan untuk mengkonsumsi barangn halal X dan barang haram Y. Katakan pula
harga barang X Px = Rp 100 ribu dan harga barang Y = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”.
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X, dan titik B
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y. Simulasi penurunan
harga juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke tingkat Px = Rp 50 ribu dan Px = 25
ribu:
Kombinasi
|
Income
|
Px halal
|
Py haram
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
10
|
0
|
10
|
B
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
0
|
5
|
10
|
Px = Rp 50 ribu
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A’
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
20
|
0
|
20
|
B
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
0
|
5
|
20
|
Px = 25 ribu
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A”
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
40
|
0
|
40
|
B
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
0
|
5
|
40
|
Dengan
simulasi harga barang X, diperoleh kurva yang menggambarkan antara harga dengan
jumlah barang X yang diminta.
Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X halal dan
barang Y haram
|
Pilihan
halal X dan haram Y
|
|
Pilihan
halal X dan halal Y
|
Harga X
|
Jumlah X
(X pada corner solution/atau jumlah optimal X)
|
Harga X
|
Jumlah X
(X pada saat tangency/atau jumlah optimal X)
|
100.000
50.000
25.000
|
10
20
40
|
100.000
50.000
25.000
|
3
4
5
|
Semakin
tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian kita
juga mendapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal
dalam pilihan halal X dan haram Y. Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva
atau dalam istilah ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari
Rp.100 ribu ke Rp.50 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20
(bandingkan dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya dari 3 ke 4). Penurunan
dari Rp.50 ribu ke Rp.25 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 20 ke 40
(bandingkan dengan pilihan halal X – halal Y yang hanya naik dari 4 ke 5).[7]
C. Perbedaan
Teori Permintaan Konvensional Dengan Permintaan Islam
Definisi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan, antara permintaan
konvensional dan islam mempunyai kesamaan. Ini dikarenakan bahwa keduanya
merupakan hasil dari penelitian kenyataan dilapangan (empiris) dari tiap-tiap
unit ekonomi. Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya, diantaranya: [8]
1. Perbedaan
utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum dan
adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam
berprinsip pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung
dibimbing oleh Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber
ilmu tidak hanya berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian
mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan (revelation),
yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam didominasi oleh variabel keyakinan
religi dalam mekanisme sistemnya.
2. Teori
ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka pendek yakni
hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada analisis
yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Analisis hanya dibatasi pada
variabel-variabel pasar semata, seperti harga, pendapatan dan sebagainya.
Variabel-variabel lainnya tidak dimasukkan, seperti variabel nilai moral
seperti kesederhanaan, keadilan, sikap mendahulukan orang lain. Dalam ekonomi
konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan keuntungan dan materialme.
Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi konvensional adalah akal manusia
yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi dan imajinasi
manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki
keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.
3. Konsep
permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram.
Allah telah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
w
(#qãBÌhptéB
ÏM»t6ÍhsÛ
!$tB
¨@ymr&
ª!$#
öNä3s9
wur
(#ÿrßtG÷ès?
4
cÎ)
©!$#
w
=Ïtä
tûïÏtF÷èßJø9$#
ÇÑÐÈ (#qè=ä.ur
$£JÏB
ãNä3x%yu
ª!$#
Wx»n=ym
$Y7ÍhsÛ
4
(#qà)¨?$#ur
©!$#
üÏ%©!$#
OçFRr&
¾ÏmÎ/
cqãZÏB÷sãB
ÇÑÑÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu,
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari
apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya”
Oleh karenanya dalam teori
permintaan Islami membahas permintaan barang halal, barang haram, dan hubungan
antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua komoditi
dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan.
4. Dalam
motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap
barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh
nilai-nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan
nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.
5. Permintaan
Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah)
sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian
yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai
bekal untuk kehidupan akhirat.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Permintaan
adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu
tertentu. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan
ekonomi konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus
diperhatikan oleh individu muslim dalam keinginannya. Misalnya: Islam
mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Selain
itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam
jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang harus diperhatikan
adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf), dan harus mengutamakan
kebaikan (maslahah). Selain itu adanya batasan syariah, sudut
pandang barangnya, motif dari permintaan dan tujuannya.
B.
Penutup
Demikian
makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan, manfaat
untuk kita semua. Amiiinn...
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Anita
Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
2.
Adiwarman
Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002
sebagai tambahan referensi silahkan lihat Makalah Teori Permintaan, Penawaran Dan Keseimbangan Pasar
ReplyDelete