SIKLUS EKONOMI
Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi
Makro
Dosen Pengampu : Bayu
Tri Cahya, SE. M.Ag
Disusun Oleh :
1. Wahyu Yuli Wardhani 210
185
2. Imam Bukhori 210
191
3. Ahmad Khoirul Badar 210
205
4. Marfu’atun 210
209
5. Jamini 210 217
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
JURUSAN SYARI’AH/EI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perekonomian
yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun
bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai
stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Perekonomian seperti
ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari
generasi ke generasi.
Sayangnya,
perekonomian tersebut di atas hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia nyata,
perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya dilihat
dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun
tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu (durasi)
yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, menengah, dan panjang. Dalam ilmu
ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business
cycle).
Sekalipun
gerak naik turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola
yang berdampak buruk. Seperti yang terjadi di Indonesia, jumlah rakyat yang
hidup di bawah garis kemiskinan bertambah banyak, sementara output
perekonomian pernah mengalami kontradiksi atau pertumbuhan ekonomi negatif.
Itulah sebabnya siklus ekonomi sangatlah penting dan juga menarik untuk dibahas
secara khusus.
Berangkat dari
hal diatas, maka dalam makalah ini kami memutuskan pembahasan dan mengangkat
judul “Siklus Ekonomi”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah anatomi siklus
ekonomi?
2.
Apa saja jenis durasi
siklus dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
3.
Apa hubungan
antara siklus ekonomi, kesempatan kerja, dan inflasi?
4.
Langkah apa saja dalam pengelolaan
siklus ekonomi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anatomi
Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang
naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
1.
Gerakan menaik (upturn
atau expansion)
2.
Titik puncak
atau kulminasi (peak)
3.
Gerakan menurun
(downturn atau recession)
4.
Titik terendah
atau nadir (trough).[1]
Diagram
1. Siklus ekonomi dengan indikator pertumbuhan ekonomi
|
|
|
|
|
|
|
|
0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Waktu
Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisis siklus
ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi atau jumlah output riil, serta
tingkat harga. Diagram diatas memberikan gambaran tentang fluktuasi ekonomi,
dengan indikator pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menunjukkan pertumbuhan
ekonomi per periode, misalnya persen per tahun. Sedangkan sumbu horizontal
menunjukkan periode waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus
menggambarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara
ini, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstam, sehingga garis
lurusnya sejajar dengan sumbu horizontal.[2]
1.
Gerakan Menarik
(Upturn)
Pemulihan ekonomi (recovery)
ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn). Kadang-kadang
gerakan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik
ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
2.
Titik Kulminasi
(Peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya,
suatu saat gerakan menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik
puncak atau kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi,
perekonomian akan mengalami penurunan kembali.
3.
Gerak Menurun (Downturn)
Yang dimaksud dengan gerakan menurun
adalah menurunnya output yang dilihat dari menurunnya tingkat
pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut resensi (recession),
bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
4.
Titik Nadir (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga
mencapai titik yang paling rendah, yang disebut titik nadir (trough).
Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari
adanya gerakan menaik.
5.
Gerakan Satu
Siklus
Yang dimaksud dengan gerakan satu
siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke satu titik kulminasi yang
lain (K – K) atau dari satu titik nadir sampai ke satu titik nadir yang lain (N
– N). Dalam diagram diatas gerakan K – K berada dalam interval periode waktu T1
– T3, sedangkan gerakan N – N dalam interval waktu T2 – T4.
6.
Bum (Boom)
Kadangkala karena berbagai faktor,
terjadi berbagai pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik
kulminasinya jauh di atas biasanya. Dalam diagram di atas biasanya dikenal
dengan bum (boom).
7.
Depresi (Depression)
Namun sebaliknya, dapat juga penurunan
pertumbuhan ekonomi jauh di bawah titik nadir yang biasanya. Dalam diagram
diatas terlihat terjadi pada periode waktu T6. Kondisi ini dikenal sebagai
kondisi depresi (depression).[3]
B.
Durasi
Siklus dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
1.
Siklus Jangka
Pendek (Kitchin Cycle)
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40
bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchen (1923), itulah sebabnya
siklus ini dinamakan siklus kitchin (kitchin cycle). Faktor-faktor yang
mempengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan
adat istiadat atau kebiasaan (custom).[4]
Yang termasuk pengaruh alamiah antara
lain siklus iklim, pengaruh sinar matahari, curah hujan, kekuatan angin dan
gelombang laut. Kekuatan alamiah ini mempengaruhi aktivitas perekonomian.
Misalnya, di Indonesia kegiatan penanaman padi akan memuncak pada musim
penghujan. Sedangkan kegiatan konstruksi, entah untuk dijual lagi ataupun
digunakan sendiri seperti pembangunan dan atau perbaikan rumah, aktivitasnya
meningkat di musim kemarau.
2.
Siklus Jangka
Menengah (Juglar Cycle)
Durasi siklus jangka menengah adalah
berkisar 7–11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar
(1860). Ada beberapa penjelasan tentang penyebab siklus ini. Salah satu yang
cukup unik adalah penjelasan ekonom inggris, William Stanley Jevon. Menurutnya,
siklus ekonomi di bumi (dalam hal ini perekonomian Inggris) dipengaruhi oleh
faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot) yang berdaur
ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari tersebut menurut Jevon, akan
mempengaruhi siklus iklim cuaca. Selanjutnya siklus iklim cuaca akan
mempengaruhi output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi output perekonomian
nasional.
3.
Siklus Jangka
Panjang (Kondratief Cycle)
Pola siklus jangka panjang pertama kali
ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief (1925).
Durasi siklusnya berkisar antara 48–60 tahun. Salah satu faktor yang
berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan diterapkannya
teknologi baru (invention and innovation). Schumpeter menunjukkan bahwa
siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain adalah
periode 1787–1842 dan 1843–1897. Siklus 1787–1842 dipengaruhi oleh penemuan
mesin uap dan aplikasinya di dunia industri yang melahirkan revolusi industri.
Sedangkan siklus 1843–1897 disebabkan ditemukannya teknologi transportasi
masal, yaitu kereta api (rail roal).[5]
C.
Siklus
Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Inflasi
1.
Siklus Ekonomi
dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan positif antara
tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama analisisnya jangka
pendek. Sebab, dalam jangka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal
merupakan input tetap. Sedangkan yang dianggap variable adalah tenaga
kerja. Karenanya pengaruh siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja. Gerak
menaik akan meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan tingkat
pengangguran, sementara gerak menurun akan mengurangi kesempatan kerja, yang
berarti meningkatkan angka pengangguran. Hubungan antara keduanya digambarkan
dalam Diagram 2 berikut ini:
Diagram 2. Siklus ekonomi dan
kesempatan kerja
|
|
|
|
|
|
Diagram 2.a menggambarkan siklus output.
Sedangkan diagram 2.b menggambarkan siklus pengangguran. Garis lurus sejajar dengan
sumbu horizontal adalah tingkat pengangguran natural (natural rate of
unemployment), yaitu tingkat pengangguran pada tingkat output
natural.
Dari diagram terlihat, bila output riil
berada di bawah output natural (Diagram 2.a), maka tingkat pengangguran
meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya, bila output
riil melebihi output natural, tingkat pengangguran akan menurun dan
lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output riil
sama dengan output natural, tingkat pengangguran riil akan sama dengan
tinggal pengangguran natural.[6]
2.
Siklus Ekonomi
dan Inflasi
Keterkaitan siklus ekonomi dengan
tingkat inflasi digambarkan oleh Diagram 3 berikut ini:
Diagram 3. Siklus ekonomi dan
kesempatan kerja
|
|
|
|
|
|
Diagram 3.a adalah siklus output
dan Diagram 3.b adalah siklus inflasi. Dari diagram terlihat bahwa bila output
riil berada di bawah output natural, inflasi cenderung menurun.
Sebaliknya, bila output riil berada di atas output natural,
inflasi cenderung meningkat.[7]
D.
Pengelolaan
Siklus Ekonomi
Karena siklus ekonomi tidak terhindari, yang dapat dilakukan
adalah mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin,
sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat.
Dalam arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan
tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus
meningkat. Kondisi baik tersebut dalam Diagram 4 berikut ini:
Diagram
4. Siklus ekonomi yang makin stabil
|
|
|
0 T1 T2 T3 T4 T5 Waktu
Sumbu vertikal dalam Diagram 4 adalah nilai output
riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya,
memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama
periode T1 sampai T5 sangat besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka
simpangan dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu
mempertahankan pertumbuhan jangka panjang karena output natural terus
meningkat.
Kondisi seperti yang digambarkan dalam Diagram 4 secara
teoritis dapat dicapai dengan mengombinasikan kebijakan jangka pendek dan
jangka panjang. Misalnya target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi
perbedaan output riil dengan output natural (output gap).
Mengubah kondisi tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal dan moneter,
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek. Dan target
yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat
pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Sebab simpangan
yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan fiskal
dan moneter adalah stimulasi permintaan, maka dalam jangka panjang lebih
diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya pemberian kredit kepada kelompok
Usaha Kecil Menengah (UKM), alokasi anggaran yang lebih besar kepada
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM (terutama pendidikan dan
latihan) dan kesehatan.[8]
E.
Indikator
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1969–1995
Diagram 5 menunjukkan pertumbuhan ekonomi selama Pembangunan
Jangka Panjang Tahap I (PJP I) berupa garis lurus adalah 6,8% per tahun. Dari
diagram ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi persoalan selama PJP I adalah
fluktuatifnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Cukup banyak tahun yang mengalami
pertumbuhan lebih rendah dari 6,8%, yaitu tahun 1975 (5%), 1979 (6,2%), 1982
(2,3%), 1985 (2,4%), 1987 (4,9%), 1993 (6,5%), dan 1994 (6,5%). Besarnya
fluktuasi pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dari jarak antara pertumbuhan
ekonomi tertinggi dengan terendah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada
tahun 1973 (11,4% per tahun), sedangkan terendah di tahun 1982 (2,3% per
tahun).
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif
disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal.
Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya
1971-1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan
penerimaan ekspor migas (oil boom). Rezeki minyak (oil boom)
inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan APBN, yang selama PJP I
merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.[9]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Elemen dalam
siklus ekonomi meliputi: gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik, dan
titik kulminasi. Kadang-kadang juga terjadi bum dan depresi.
Berdasarkan
durasi siklus ekonomi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: siklus jangka
pendek (40 bulan), siklus jangka menengah (7-11 tahun), dan siklus jangka
panjang (48-60 tahun)
Pengaruh adat
istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi amatlah terlihat, di
negara-negara Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas
perekonomian barangkali dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari
Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.
Penurunan output
(resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan
mengurangi pengangguran. Pemerintah umumnya amat berkepentingan untuk
menghindari resesi, setidak-tidaknya menghindari resesi yang berkepanjangan.
Sebab resesi cenderung membawa dampak negatif bagi tersedianya kesempatan
kerja. Hanya saja, pengaruh ekspansi terhadap penambahan kesempatan kerja ada
batasnya. Sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bila ekspansi
mencapai kulminasinya, perekonomian akan mengalami gerakan menurun kembali.
Jika penurunan ini terjadi selama minimal 2 triwulan berurutan, perekonomian
telah dianggap memasuki kondisi resesi.
Pertumbuhan
ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia
mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan
terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan
Indonesia meningkatkan produksi.
B. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami
sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah
pengetahuan bagi semua. Amiiinn..
DAFTAR PUSTAKA
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi
Makro Suatu Pengantar; Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
[1]
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro; Suatu
Pengantar, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 156
[2]
Ibit, hlm. 156-157
[3]
Ibit, hlm. 157-158
[4]
Ibit, hlm. 158
[5]
Ibit, hlm.158-160
[6]
Ibit, hlm. 160-162
[7]
Ibit, hlm. 162-163
[8]
Ibit, hlm. 163-166
[9]
Ibit, hlm. 168
No comments:
Post a Comment