Wednesday, December 4, 2013

SIKLUS EKONOMI



SIKLUS EKONOMI


Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Bayu Tri Cahya, SE. M.Ag



STAIN 3
 










Disusun Oleh :
1.      Wahyu Yuli Wardhani        210 185
2.      Imam Bukhori                     210 191
3.      Ahmad Khoirul Badar        210 205
4.      Marfu’atun                          210 209
5.      Jamini                                  210 217

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH/EI
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus menerus bertumbuh, tanpa satu tahun bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian tersebut di atas hanya ada di dunia khayal. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu (durasi) yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, menengah, dan panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi (business cycle).
Sekalipun gerak naik turun tersebut bersifat teratur, tidak jarang terjadi penyimpangan pola yang berdampak buruk. Seperti yang terjadi di Indonesia, jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah banyak, sementara output perekonomian pernah mengalami kontradiksi atau pertumbuhan ekonomi negatif. Itulah sebabnya siklus ekonomi sangatlah penting dan juga menarik untuk dibahas secara khusus.
Berangkat dari hal diatas, maka dalam makalah ini kami memutuskan pembahasan dan mengangkat judul “Siklus Ekonomi”.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah anatomi siklus ekonomi?
2.    Apa saja jenis durasi siklus dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
3.    Apa hubungan antara siklus ekonomi, kesempatan kerja, dan inflasi?
4.    Langkah apa saja dalam pengelolaan siklus ekonomi?

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Anatomi Siklus Ekonomi
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
1.    Gerakan menaik (upturn atau expansion)
2.    Titik puncak atau kulminasi (peak)
3.    Gerakan menurun (downturn atau recession)
4.    Titik terendah atau nadir (trough).[1]

Diagram 1. Siklus ekonomi dengan indikator pertumbuhan ekonomi


Text Box: Pertumbuhan Ekonomi (%/thn)
Periode I
<--- (N – N) --->
 
Bum (boom) ---->
 
Kulminasi
<-- (Peak) -->
 
Periode I Siklus
<---- (K – K) ---->
 
Depresi
<---- (Depression)
 
<--- Pertumbuhan riil
 


Pertumbuhan rata-rata
Jangka panjang
!
 

Nadir
<-(Trough)->
 





                0              T1           T2           T3           T4                           T5           T6           Waktu


Biasanya indikator yang digunakan untuk menganalisis siklus ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi atau jumlah output riil, serta tingkat harga. Diagram diatas memberikan gambaran tentang fluktuasi ekonomi, dengan indikator pertumbuhan ekonomi. Sumbu vertikal menunjukkan pertumbuhan ekonomi per periode, misalnya persen per tahun. Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan periode waktu. Kurva trend yang berbentuk garis lurus menggambarkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk sementara ini, dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi dianggap konstam, sehingga garis lurusnya sejajar dengan sumbu horizontal.[2]
1.    Gerakan Menarik (Upturn)
Pemulihan ekonomi (recovery) ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik (upturn). Kadang-kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi (expansion) bila gerakan menaik ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
2.    Titik Kulminasi (Peak)
Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu saat gerakan menaik ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi (peak). Setelah mencapai titik kulminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.
3.    Gerak Menurun (Downturn)
Yang dimaksud dengan gerakan menurun adalah menurunnya output yang dilihat dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang-kadang gerakan penurunan ini disebut resensi (recession), bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut-turut.
4.    Titik Nadir (Trough)
Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah, yang disebut titik nadir (trough). Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.
5.    Gerakan Satu Siklus
Yang dimaksud dengan gerakan satu siklus adalah gerakan dari satu titik kulminasi ke satu titik kulminasi yang lain (K – K) atau dari satu titik nadir sampai ke satu titik nadir yang lain (N – N). Dalam diagram diatas gerakan K – K berada dalam interval periode waktu T1 – T3, sedangkan gerakan N – N dalam interval waktu T2 – T4.
6.    Bum (Boom)
Kadangkala karena berbagai faktor, terjadi berbagai pertumbuhan ekonomi yang begitu baik, sehingga titik kulminasinya jauh di atas biasanya. Dalam diagram di atas biasanya dikenal dengan bum (boom).
7.    Depresi (Depression)
Namun sebaliknya, dapat juga penurunan pertumbuhan ekonomi jauh di bawah titik nadir yang biasanya. Dalam diagram diatas terlihat terjadi pada periode waktu T6. Kondisi ini dikenal sebagai kondisi depresi (depression).[3]

B.       Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya
1.    Siklus Jangka Pendek (Kitchin Cycle)
Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan. Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchen (1923), itulah sebabnya siklus ini dinamakan siklus kitchin (kitchin cycle). Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau kebiasaan (custom).[4]
Yang termasuk pengaruh alamiah antara lain siklus iklim, pengaruh sinar matahari, curah hujan, kekuatan angin dan gelombang laut. Kekuatan alamiah ini mempengaruhi aktivitas perekonomian. Misalnya, di Indonesia kegiatan penanaman padi akan memuncak pada musim penghujan. Sedangkan kegiatan konstruksi, entah untuk dijual lagi ataupun digunakan sendiri seperti pembangunan dan atau perbaikan rumah, aktivitasnya meningkat di musim kemarau.
2.    Siklus Jangka Menengah (Juglar Cycle)
Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7–11 tahun. Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clement Juglar (1860). Ada beberapa penjelasan tentang penyebab siklus ini. Salah satu yang cukup unik adalah penjelasan ekonom inggris, William Stanley Jevon. Menurutnya, siklus ekonomi di bumi (dalam hal ini perekonomian Inggris) dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu siklus bintik matahari (sunspot) yang berdaur ulang 11 tahun sekali. Aktivitas bintik matahari tersebut menurut Jevon, akan mempengaruhi siklus iklim cuaca. Selanjutnya siklus iklim cuaca akan mempengaruhi output perekonomian, yang muaranya mempengaruhi output perekonomian nasional.
3.    Siklus Jangka Panjang (Kondratief Cycle)
Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief (1925).  Durasi siklusnya berkisar antara 48–60 tahun. Salah satu faktor yang berada di belakang siklus jangka panjang adalah ditemukan dan diterapkannya teknologi baru (invention and innovation). Schumpeter menunjukkan bahwa siklus jangka panjang yang terjadi di Amerika Serikat antara lain adalah periode 1787–1842 dan 1843–1897. Siklus 1787–1842 dipengaruhi oleh penemuan mesin uap dan aplikasinya di dunia industri yang melahirkan revolusi industri. Sedangkan siklus 1843–1897 disebabkan ditemukannya teknologi transportasi masal, yaitu kereta api (rail roal).[5]

C.      Siklus Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Inflasi
1.    Siklus Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan kesempatan kerja, terutama analisisnya jangka pendek. Sebab, dalam jangka pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap. Sedangkan yang dianggap variable adalah tenaga kerja. Karenanya pengaruh siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja. Gerak menaik akan meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan tingkat pengangguran, sementara gerak menurun akan mengurangi kesempatan kerja, yang berarti meningkatkan angka pengangguran. Hubungan antara keduanya digambarkan dalam Diagram 2 berikut ini:
Diagram 2. Siklus ekonomi dan kesempatan kerja


Text Box: Output riil
<-- Output natural
 
<-- Output riil
 





(a)
 
                                0                                                                                                              Waktu








Text Box: Pengangguran


Tingkat pengangguran natural
!
 


<--- Tingkat pengangguran riil
 



(b)
 
                                0                                                                                                              Waktu

Diagram 2.a menggambarkan siklus output. Sedangkan diagram 2.b menggambarkan siklus pengangguran. Garis lurus sejajar dengan sumbu horizontal adalah tingkat pengangguran natural (natural rate of unemployment), yaitu tingkat pengangguran pada tingkat output natural.
Dari diagram terlihat, bila output riil berada di bawah output natural (Diagram 2.a), maka tingkat pengangguran meningkat dan melebihi tingkat pengangguran natural. Sebaliknya, bila output riil melebihi output natural, tingkat pengangguran akan menurun dan lebih rendah daripada tingkat pengangguran natural. Jika output riil sama dengan output natural, tingkat pengangguran riil akan sama dengan tinggal pengangguran natural.[6]

2.    Siklus Ekonomi dan Inflasi
Keterkaitan siklus ekonomi dengan tingkat inflasi digambarkan oleh Diagram 3 berikut ini:
Diagram 3. Siklus ekonomi dan kesempatan kerja
<-- Output riil
 
Text Box: Output riil
Output natural
 






(a)
 
                                0                                                                                                              Waktu








Text Box: Inflasi


<--- Inflasi riil
 
Inflasi natural
 




(b)
 
                                0                                                                                                              Waktu

Diagram 3.a adalah siklus output dan Diagram 3.b adalah siklus inflasi. Dari diagram terlihat bahwa bila output riil berada di bawah output natural, inflasi cenderung menurun. Sebaliknya, bila output riil berada di atas output natural, inflasi cenderung meningkat.[7]

D.      Pengelolaan Siklus Ekonomi
Karena siklus ekonomi tidak terhindari, yang dapat dilakukan adalah mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin, sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat.
Dalam arti, simpangan gerak naik turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan output jangka panjang terus meningkat. Kondisi baik tersebut dalam Diagram 4 berikut ini:
Diagram 4. Siklus ekonomi yang makin stabil
Text Box: Output riil
<---- Output natural
 
Output gap ---->
 
<- Output riil
 






                0              T1           T2           T3           T4           T5                           Waktu
Sumbu vertikal dalam Diagram 4 adalah nilai output riil. Sedangkan garis lurus adalah trend output natural. Pada awalnya, memang fluktuasi output sangat besar, karena simpangan siklus selama periode T1 sampai T5 sangat besar. Namun karena pengelolaan yang baik, maka simpangan dalam periode selanjutnya mengecil, sementara ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan jangka panjang karena output natural terus meningkat.
Kondisi seperti yang digambarkan dalam Diagram 4 secara teoritis dapat dicapai dengan mengombinasikan kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Misalnya target utama kebijakan jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan output natural (output gap). Mengubah kondisi tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal dan moneter, yang mempengaruhi permintaan dan penawaran agregat jangka pendek. Dan target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang tinggi. Sebab simpangan yang mengecil tidak banyak artinya jika perekonomian bertumbuh lamban.
Jika dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan fiskal dan moneter adalah stimulasi permintaan, maka dalam jangka panjang lebih diarahkan kepada stimulasi penawaran. Misalnya pemberian kredit kepada kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM), alokasi anggaran yang lebih besar kepada pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM (terutama pendidikan dan latihan) dan kesehatan.[8]

E.       Indikator Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1969–1995
Diagram 5 menunjukkan pertumbuhan ekonomi selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJP I) berupa garis lurus adalah 6,8% per tahun. Dari diagram ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi persoalan selama PJP I adalah fluktuatifnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Cukup banyak tahun yang mengalami pertumbuhan lebih rendah dari 6,8%, yaitu tahun 1975 (5%), 1979 (6,2%), 1982 (2,3%), 1985 (2,4%), 1987 (4,9%), 1993 (6,5%), dan 1994 (6,5%). Besarnya fluktuasi pertumbuhan ekonomi juga dapat dilihat dari jarak antara pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan terendah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 1973 (11,4% per tahun), sedangkan terendah di tahun 1982 (2,3% per tahun).
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian Indonesia sangat tergantung kepada kondisi eksternal. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi, yang meningkatkan penerimaan ekspor migas (oil boom). Rezeki minyak (oil boom) inilah yang dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan APBN, yang selama PJP I merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan ekonomi.[9]



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Elemen dalam siklus ekonomi meliputi: gerakan menurun, titik nadir, gerakan menaik, dan titik kulminasi. Kadang-kadang juga terjadi bum dan depresi.
Berdasarkan durasi siklus ekonomi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: siklus jangka pendek (40 bulan), siklus jangka menengah (7-11 tahun), dan siklus jangka panjang (48-60 tahun)
Pengaruh adat istiadat maupun kebiasaan terhadap aktivitas ekonomi amatlah terlihat, di negara-negara Barat pengaruh perayaan Natal dan Tahun Baru terhadap aktivitas perekonomian barangkali dapat disamakan dengan pengaruh bulan Ramadhan dan Hari Raya Lebaran terhadap perekonomian di Indonesia.
Penurunan output (resesi) akan meningkatkan pengangguran. Sebaliknya, ekspansi akan mengurangi pengangguran. Pemerintah umumnya amat berkepentingan untuk menghindari resesi, setidak-tidaknya menghindari resesi yang berkepanjangan. Sebab resesi cenderung membawa dampak negatif bagi tersedianya kesempatan kerja. Hanya saja, pengaruh ekspansi terhadap penambahan kesempatan kerja ada batasnya. Sebab seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bila ekspansi mencapai kulminasinya, perekonomian akan mengalami gerakan menurun kembali. Jika penurunan ini terjadi selama minimal 2 triwulan berurutan, perekonomian telah dianggap memasuki kondisi resesi.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia meningkatkan produksi.

B.       Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan bagi semua. Amiiinn..

DAFTAR PUSTAKA

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar; Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005







[1] Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro; Suatu Pengantar, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 156
[2] Ibit, hlm. 156-157
[3] Ibit, hlm. 157-158
[4] Ibit, hlm. 158
[5] Ibit, hlm.158-160
[6] Ibit, hlm. 160-162
[7] Ibit, hlm. 162-163
[8] Ibit, hlm. 163-166
[9] Ibit, hlm. 168

No comments:

Post a Comment