Tuesday, December 10, 2013

PERENCANAAN PROSES (KERAJINAN TENUN TRADISIONAL DEWI SHINTA DAN UPT BLK KUDUS)



PERENCANAAN PROSES
(KERAJINAN TENUN TRADISIONAL DEWI SHINTA DAN UPT BLK KUDUS)

Analisis Perusahaan
Disusun Guna
Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah : Manajemen Operasional
Dosen Pengampu : Tina Martini, SE. M.Si
 










Disusun Oleh :
1.       
2.      Arina Hidayah                  210 195
3.      Ahmad Khoirul Badar      210 205
4.      Jamini                               210 217
5.      Anisa Mu'affifah              210 219

 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN/PRODI SYARI’AH/EI
2012
PERENCANAAN PROSES
KERAJINAN TENUN TRADISIONAL DEWI SHINTA

A.      Strategi Proses yang Digunakan Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta
Strategi proses atau transformasi adalah pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa. Tujuan strategi proses adalah untuk menemukan suatu cara membuat produk dan jasa yang dapat memenuhi persyaratan dari konsumen dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya.[1]
Adapun tipe-tipe strategi proses yang digunakan oleh Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta yaitu:

1.    Fokus Pada Produk
Strategi proses yang berfokus pada produk memiliki volume tinggi dan variasi yang rendah.[2] Sebuah fasilitas yang terfokus pada produk menghasilkan produk dengan volume tinggi dan variasi rendah. Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta membutuhkan biaya tetap (alat) yang tinggi, tetapi biaya variabel yang rendah (benang, pewarna tekstil, dan sebagainya). Adapun produk yang dikeluarkan oleh Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta yaitu berupa kain tenun, batik, dan pakaian jadi.

2.    Fokus Mass Customization
Mass customization merupakan pembuatan produk dan jasa yang dapat memenuhi keinginan konsumen yang semakin unik secara cepat dan murah. Perusahaan yang menerapkan proses ini menghadapi tantangan yang membutuhkan kemampuan operasional karena keterkaitan logistik, produksi dan penjualan semakin erat. Para manajer operasional harus menggunakan sumber daya yang imajinatif dan agresif untuk membentuk proses yang gesit yang dapat memproduksi produk tertentu dengan cepat dan murah.[3]
Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta mengkombinasikan antara peralatan dan perlengkapan yang sederhana dengan menggunakan teknik pengerjaan yang efektif dengan biaya tetap yang relatif besar (membeli peralatan, dan sebagainya) dan variabel yang cukup rendah (benang, tenaga kerja, dan sebagainya) dan tentu saja dengan orientasi mengeluarkan ouput (kain tenun, batik, dan pakaian jadi) dengan volume dan kualitas yang tinggi.
Untuk dapat memenuhi keinginan konsumen yang semakin bervariasi, perusahaan setiap dua bulan sekali menciptakan motif-motif baru dalam produk tenun maupun produk batiknya.

B.       Perencanaan Proses
Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem kerja yang akan memproduksi produk yang akan diinginkan dalam kuantitas yang diperlukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan proses akan mempengaruhi keputusan-keputusan dalam bagian-bagian operasi lain, seperti scheduling produksi, tingkat persediaan, desain pekerjaan, dan metode-metode pengawasan kualitas yang digunakan. Perencanaan proses juga mempunyai hubungan saling pengaruh yang kuat dengan layout fasilitas, dimana keduanya tergantung pada tipe teknologi transformasi yang digunakan. Meskipun banyak keputusan perencanaan proses dibuat bila layout awal telah dirancang, tetapi hampir semua perusahaan harus secara terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan produk dan volume produksi, sehingga perencanaan proses sesungguhnya merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan (kontinyu).[4]

1.    Perencanaan Fasilitas
Untuk mengefektifkan penggunaan fasilitas di Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta menggunakan teknik quota pemakaian, yaitu setiap fasilitas sesuaikan dengan jumlah pekerja, dengan harapan fasilitas dapat digunakan secara efektif dan efisien.

2.    Pengendalian Kualitas Output
Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta selalu berusaha menjaga kualitas produk yang dihasilkannya, dengan cara selalu menggunakan bahan baku yang berkualitas, dan selalu melakukan pemantauan di setiap proses pekerjaan, serta selalu menjujung tinggi asas kejujuran.

3.    Memenuhi Kebutuhan Konsumen yang Semakin Unik
Dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin lama semakin unik, Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta selalu senantiasa menanggapi keinginan konsumen. Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta sendiri mempunyai 4 produk inti tenun ikat tradisional, yaitu meliputi:
a.    Tenun ikat pakan (12 tahapan) dan lusi (20 tahapan)
b.    Tenun lurik (perpaduan warna)
c.    Tenun polos, dan
d.   Tenun baron atau songket.

4.    Perencanaan Pengembangan Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta
Untuk perencanaan pengembangan usaha, untuk saat ini Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta sudah membuka cabang dan relasi kerja di berbagai kota dan luar daerah, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan sebagainya. Dan untuk pengembangan motif sendiri setiap dua bulan sekali lakukan langsung oleh pemilik Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta. Sedangkan untuk peluang peluang sendiri, menurut pemilik Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta di seluruh dunia untuk saat ini masih saat membutuhkan tenun ikat, khususnya di Arab Saudi.

5.    Alir Proses Pada UPT BLK Kudus
Secara umum aliran proses dalam tenun ikat Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta, meliputi:
a.    Proses awal, meliputi:
·      Pemilihan bahan baku.
·      Mendatangkan bahan baku.
·      Pensortiran.
b.    Kegiatan inti, meliputi:
·      Pemintalan benang.
·      Pemasangan benang pada alat tenun.
·      Proses penenunan (setiap karyawan mampu menghasilkan sekitar 5 meter kain tenun setiap harinya)
c.    Kegiatan inti (finishing), meliputi:
·      Pemotongan kain sesuai ukuran yang telah di tentukan.
·      Pengepakan.
·      Pendistribusian dan atau penjualan (omzet penjualan Kerajinan Tenun Tradisional Dewi Shinta setiap harinya mencapai 250 juta/hari)




PERENCANAAN PROSES
UPT BLK KUDUS

C.      Strategi Proses yang Digunakan UPT BLK Kudus
Strategi proses atau transformasi adalah pendekatan organisasi untuk mengubah sumber daya menjadi barang dan jasa. Tujuan strategi proses adalah untuk menemukan suatu cara membuat produk dan jasa yang dapat memenuhi persyaratan dari konsumen dan spesifikasi produk yang berada dalam batasan biaya.[5]
Adapun tipe-tipe strategi proses yang digunakan oleh UPT BLK Kudus yaitu:
3.    Fokus Pada Produk
Strategi proses yang berfokus pada produk memiliki volume tinggi dan variasi yang rendah.[6] Sebuah fasilitas yang terfokus pada produk menghasilkan produk dengan volume tinggi dan variasi rendah. Fasilitas seperti ini biasanya membutuhkan biaya tetap yang tinggi, tetapi biaya variabel yang rendah.
4.    Fokus Mass Customization
Mass customization merupakan pembuatan produk dan jasa yang dapat memenuhi keinginan konsumen yang semakin unik secara cepat dan murah. Perusahaan yang menerapkan proses ini menghadapi tantangan yang membutuhkan kemampuan operasional karena keterkaitan logistik, produksi dan penjualan semakin erat. Para manajer operasional harus menggunakan sumber daya yang imajinatif dan agresif untuk membentuk proses yang gesit yang dapat memproduksi produk tertentu dengan cepat dan murah.[7]
UPT BLK Kudus mengkombinasikan antara peralatan yang fleksibel dengan menggunakan teknik penjadwalan yang efektif dengan biaya tetap yang relatif besar (membeli peralatan, dan sebagainya) dan variabel yang cukup rendah dan tentu saja dengan orientasi mengeluarkan ouput (tenaga ahli atau skill) dengan volume yang tinggi.

D.      Perencanaan Proses
Perencanaan proses berkenaan dengan perancangan dan implementasi sistem kerja yang akan memproduksi produk yang akan diinginkan dalam kuantitas yang diperlukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan proses akan mempengaruhi keputusan-keputusan dalam bagian-bagian operasi lain, seperti scheduling produksi, tingkat persediaan, desain pekerjaan, dan metode-metode pengawasan kualitas yang digunakan. Perencanaan proses juga mempunyai hubungan saling pengaruh yang kuat dengan layout fasilitas, dimana keduanya tergantung pada tipe teknologi transformasi yang digunakan. Meskipun banyak keputusan perencanaan proses dibuat bila layout awal telah dirancang, tetapi hampir semua perusahaan harus secara terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan produk dan volume produksi, sehingga perencanaan proses sesungguhnya merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan (kontinyu).[8]

1.      Perencanaan Fasilitas
Untuk mengefektifkan penggunaan fasilitas di UPT BLK Kudus menggunakan teknik periode dan quota pemakaian, yaitu setiap periode penggunaan fasilitas di sesuaikan dengan jumlah peserta, dengan harapan fasilitas dapat digunakan secara efektif.

2.      Pengendalian Kualitas Output
a.    Skill
Agar setiap periode output (skill) yang dikeluarkan dapat maksimal, UPT BLK Kudus menerapkan konsep 70% praktek dan 30% teori, dengan harapan skill peserta dapat berkembang dengan baik.
b.    Produk
Untuk produk sendiri, UPT BLK Kudus tidak bisa menentukan standarisasi produk karena produk yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan peserta, namun tidak akan lepas dari pemantauan UPT BLK Kudus.

3.      Memenuhi Kebutuhan Konsumen yang Semakin Unik
Dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin lama semakin unik, UPT BLK Kudus akan selalu senantiasa menanggapi keinginan konsumen dengan cara merubah sedikit modul pembelajarannya, sehingga UPT BLK Kudus tidak menstandarisasikan modul pembelajaran.

4.      Perencanaan Pengembangan UPT BLK Kudus
Untuk perencanaan pengembangan jurusan keahlian, UPT BLK Kudus sebelumnya harus melihat apa yang di inginkan oleh pasar jasa pada saat itu. Sedangkan untuk prosedurnya sendiri UPT BLK Kudus harus mengajukan proposal penambahan jurusan keahlian dan RKA (Rencana Kerja Anggaran) ke tingkat kabupaten.

5.      Alir Proses Pada UPT BLK Kudus
a.    Tingkat dasar, meliputi:
Menerapkan konsep 3K (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
b.    Kegiatan inti, meliputi:
·      Pelatihan, dan
·      Sertifikasi
c.    Output, meliputi: skill



[1] Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hlm. 332
[2] Darman, Op. Cit
[3] Jay Heizer dan Barry Render, Op. Cit, hlm. 337-339
[4] Ibit, hlm. 339
[5] Jay Heizer dan Barry Render, Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta, 2005, hlm. 332
[6] Darman, Op. Cit
[7] Jay Heizer dan Barry Render, Op. Cit, hlm. 337-339
[8] Jay Heizer dan Barry Render, Op. Cit, hlm. 339

No comments:

Post a Comment